Rabu, 21 Juli 2010

Asy-Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab


2.1 Biografi Asy-Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab
Biografi Asy-Syaikh Muhammad bin Abdil Wahhab berikut ini disusun oleh Abdurrazzaq bin Shalih An-Nahmi, salah seorang thalibul ilmi di Darul Hadits Dammaj, di mana riset beliau terhadap karya Asy-Syaikh Muhammad bin Abdulwahhab yang berjudul “Ar-Radd ‘ala Ar-Rafidhah” mendapat pujian dari banyak ulama Yaman. Setidaknya lima orang ulama besar Yaman memberikan rekomendasi untuk membaca hasil riset beliau tersebut yang insya Allah dalam waktu dekat akan hadir terjemahannya di negeri kita biidznillahi ta’ala.

Biografi Asy-Syaikh Muhammad bin Abdil Wahhab yang beliau tulis adalah sebagai berikut:

1. Nasab dan pertumbuhan beliau
Beliau adalah Asy-Syaikh Al-Imam Al-Mujaddid Syaikhul Islam Muhammad bin Abdul Wahhab bin Sulaiman bin Ali bin Muhammad bin Ahmad bin Rasyid bin Barra bin Musyrif At-Tamimi.

Kelahiran Beliau
Beliau rahimahullah dilahirkan pada tahun 1115 dari Hijrah Nabi –semoga shalawat dan salam yang paling afdhal tercurah atas beliau- di kota ‘Uyainah yang masih masuk wilayah Najd, sebelah barat dari kota Riyadh, jaraknya dengan kota Riyadh sekitar perjalanan 70 km.

Pertumbuhan Beliau
Beliau tumbuh dan besar di negeri ‘Uyainah dan menimba ilmu di sana. Beliau hafal Al-Qur’an sebelum umur 10 tahun. Beliau seorang yang jenius dan cepat memahami. Di bawah asuhan bapaknya sendiri beliau belajar fikih mazhab Hambali, tafsir, hadits, aqidah dan beberapa bidang ilmu syar’i serta bahasa. Beliau sangat menaruh perhatian besar terhadap kitab-kitab Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah dan muridnya Ibnul Qayyim rahimahumallah, sehingga beliau terpengaruh oleh keduanya dan berjalan di atas jalan mereka dalam mementingkan masalah aqidah yang benar, mendakwahkannya, membelanya dan memperingatkan dari perbuatan menyekutukan Allah, bid’ah serta khurafat.

2. Perjalanan beliau dalam menuntut ilmu
Beliau mengadakan rihlah (perjalanan) menuju Mekkah untuk menunaikan kewajiban haji dan mencari bekal ilmu syar’i. Kemudian beliau rihlah ke Madinah Nabawiyyah dan di sana bertemu dengan dua syaikh yang alim lagi mulia, yang mana keduanya mempunyai pengaruh terbesar dalam kehidupan beliau, mereka adalah Asy-Syaikh Abdullah bin Ibrahim bin Saif An-Najdi dan Asy-Syaikh Muhammad Hayah bin Ibrahim As-Sindi. Lantas beliau rihlah ke Bashrah dan beliau mendengarkan hadits, fikih dan membacakan nahwu kepada gurunya sampai menguasainya. Kemudian beliau rihlah ke daerah Ahsa’ dan bertemu dengan syaikh-syaikh Ahsa’, di antaranya Abdullah bin Abdul Lathif seorang hakim.

3. Kiprah Beliau dalam Menyerukan Tauhid
Beliau pulang ke daerah Huraimala’, karena ayah beliau dulunya seorang hakim di ‘Uyainah, lantas terjadi pertentangan antara beliau dengan pemimpin ‘Uyainah sehingga beliau pindah ke Huraimala’ pada tahun 1139 dan menetap di sana menyeru kepada tauhid dan memperingatkan dari kesyirikan sampai ayah beliau meninggal pada tahun 1153 H.

Lantas sebagian orang-orang jelek lagi jahat melakukan konspirasi untuk mencelakakan beliau disebabkan beliau senantiasa mengingkari kefasikan dan kejahatan mereka, sampai-sampai mereka hendak membunuh beliau. Kemudian beliau beritahukan perihal mereka kepada beberapa orang sehingga akhirnya mereka lari. Lalu setelah konspirasi tersebut berhasil menyudutkan Asy-Syaikh, beliau pun berpindah ke ‘Uyainah dan beliau tawarkan dakwahnya kepada pemimpin ‘Uyainah yang ketika itu pemimpinnya adalah Utsman bin Ma’mar.

Pimpinan ‘Uyainah pun menyambut beliau, membantunya, mendukungnya dan bersama dengan beliau menghancurkan kubah Zaid bin Al-Khatthab dan menghancurkan beberapa kubah serta kubur yang dibangun, bahkan bersama beliau merajam seorang wanita yang datang mengaku telah berzina padahal dia muhshan (telah pernah menikah- ed). Ketika beliau menghancurkan kubah dan melakukan rajam dalam masalah zina, maka menjadi masyhurlah perkara beliau dan tersiarlah reputasi baik beliau. Masyarakat pun mendengar tentang beliau, dan berdatangan dari berbagai daerah sekitarnya membantu beliau sehingga semakin besarlah kekuatan beliau. Kemudian, sampailah berita perbuatan Asy-Syaikh menghancurkan kubah dan kubur serta penegakan hukum had kepada pemerintah Ahsa’ dan sekutu-sekutunya. Hal ini membuat pemerintah Ahsa’ merasa khawatir terhadap kerajaannya dan memerintahkan kepada Utsman bin Ma’mar untuk membunuh Asy-Syaikh atau mengusirnya dari ‘Uyainah. Jika tidak dilakukan, maka akan diputus upeti darinya. Maka Utsman bin Ma’mar akhirnya menerima desakan ini dan memerintahkan Asy-Syaikh agar keluar dari ‘Uyainah dan beliaupun keluar darinya menuju Dir’iyyah. Hal itu terjadi pada tahun 1158 H.

Di Dir’iyyah beliau singgah sebagai tamu Muhammad bin Suwailim Al-‘Uraini, lantas pemimpin Dir’iyyah Muhammad bin Su’ud mengetahui akan kedatangan Asy-Syaikh. Dan disebutkan bahwa yang memberitahukan kedatangan Asy-Syaikh adalah isteri Ibn Su’ud sendiri. Beberapa orang shalih mendatangi wanita tersebut dan berkata kepadanya, “Beritahukan kepada Muhammad (Ibn Su’ud –ed) tentang orang ini! Semangatilah dia untuk mau membelanya dan beri motivasi kepadanya agar mau mendukung serta membantunya.” Istri Muhammad adalah seorang wanita yang shalihah lagi bertaqwa. Ketika sang amir Muhammad bin Su’ud pemimpin Dir’iyyah dan sekitarnya masuk menemui istrinya, istrinya pun berkata kepadanya,
“Bergembiralah dengan ghanimah (anugerah) yang besar ini. Ini adalah ghanimah yang Allah kirimkan kepadamu, seorang lelaki yang menyeru kepada agama Allah, menyeru kepada Kitabullah, menyeru kepada sunnah Rasulullah. Sungguh betapa ghanimah yang begitu besar. Bersegeralah menerimanya, bersegeralah menolongnya, dan jangan kamu berhenti saja dalam hal itu selamanya.”

Sang amir pun menerima saran istrinya dan sungguh bagus apa yang dilakukannya rahimahullah. Amir pergi ke kediaman Muhammad bin Suwailim Al-‘Uraini dan berkata kepada Asy-Syaikh,
“Bergembiralah dengan pertolongan dan bergembiralah dengan keamanan.”
Maka Asy-Syaikh berkata kepadanya,
“Dan Anda juga bergembiralah dengan pertolongan, bergembiralah dengan kekokohan dan kesudahan yang terpuji. Ini adalah agama Allah, siapa yang menolongnya niscaya Allah akan menolongnya. Siapa yang mendukungnya niscaya Allah akan mendukungnya.”
Kemudian amir berkata kepada Asy-Syaikh,
“Aku akan membaiatmu di atas agama Allah dan Rasul-Nya serta berjihad di jalan Allah. Akan tetapi aku khawatir jika kami telah mendukungmu dan membantumu lantas Allah memenangkanmu atas musuh-musuh Islam lantas engkau menginginkan selain bumi kami dan berpindah dari kami ke tempat lain.”
Maka Asy-Syaikh menanggapinya,
“Bentangkan tanganmu, aku akan membaiatmu bahwa darah dibalas dengan darah, kehancuran dengan kehancuran dan aku membaiatmu untuk tetap tinggal bersama kalian dan aku tidak akan keluar dari negerimu selamanya.”
Demikianlah, Asy-Syaikh tinggal di Dir’iyyah dalam keadaan dihormati dan didukung sepenuhnya, menyeru kepada tauhid dan memperingatkan dari syirik. Orang-orang pun berdatangan, baik secara berkelompok maupun individu. Beliau mengajarkan aqidah, Al-Qur’an Al-Karim, tafsir, fikih, hadits, musthalah hadits, berbagai ilmu bahasa Arab dan tarikh.

Beliau biasa berkirim surat dengan para ulama dan umara dari berbagai negeri dan penjuru, menyeru mereka kepada agama Allah sehingga tersebarlah dakwah beliau. Setelah itu semakin banyaklah kedengkian, mereka lantas berhimpun dan bersatu menentang beliau. Maka amir mengobarkan jihad dengan pedang dan tombak, dan peristiwa itu terjadi pada tahun 1158 H.

Asy-Syaikh membantunya sampai akhirnya dakwah beliau tersebar menyeluruh sampai ke penjuru alam dan gaungnya masih senantiasa bergema sampai hari ini.

4. Sanjungan para ulama terhadap beliau
Para ulama betul-betul mengenal Imam ini dan memberikan pujian kepadanya, bahkan mereka sampai menulis biografi tentangnya. Di antara mereka adalah Asy-Syaikh Husain bin Ghanam. Beliau banyak menulis tentang Asy-Syaikh, memujinya dan menyebutkan kisah perjalanan hidupnya dalam kitab Raudhatul Anzhar wal Afham. Di antara mereka juga Asy-Syaikh Utsman bin Bisyr, yang memujinya dalam kitab ‘Unwanul Majdi fi Tarikhi Majdin, dan Asy-Syaikh Mas’ud An-Nadqi menulis tentang beliau dalam kitab yang diberi judul Al-Mushlih Al-Mazhlum.
Di antara yang memuji beliau juga orang alimnya Yaman yaitu Muhammad bin Isma’il Al-Amir Ash-Shan’ani dalam sebuah qoshidah panjang yang awalnya:
“Salam bagi Najd dan orang yang tinggal di Najd
Meskipun salamku dari kejauhan ini tiada berguna
Sungguh aku telah mendatangkan siraman kehidupan dari kaki bukit Shan’a
Dia didik dan dia hidupkan dengan tertawanya guntur
Aku berjalan seperti orang yang digerakkan mencari angin, jika kuberjalan
Wahai putera Najd kapan engkau akan beranjak dari Najd
Perjalananmu dan para penduduk Najd mengingatkanku akan Najd
Sungguh sepak terjangmu menjadikanku semakin cinta
Selamanya, dan bertanyalah kepadaku tentang seorang alim yang singgah di negeri Najd
Dengannya terpetunjuk orang yang dulunya sesat dari jalan yang lurus
Muhammad yang memberikan petunjuk kepada sunnah Ahmad
Alangkah indahnya yang memberi petunjuk dan alangkah indahnya yang diberi petunjuk.”
Sampai beliau berkata,
“Sungguh telah datang berita darinya bahwa dia
mengembalikan kepada kita syariat yang mulia
dengan apa yang ditampakkannya
Dan dia sebarkan secara terang-terangan apa
yang disembunyikan oleh setiap orang bodoh
Dan ahli bid’ah, sehingga sesuailah dengan apa yang aku punya
Dia dirikan tiang-tiang syari’at yang dulunya roboh
Monumen-monumen yang padanya manusia tersesat dari petunjuk
Dengannya mereka mengembalikan makna Suwa dan yang semisalnya
Yaghuts dan Wadd, betapa jelek Wadd itu
Sungguh mereka menyebut-nyebut namanya ketika terjadi kesusahan
Sebagaimana seorang yang terpepet memanggil Dzat
tempat bergantung lagi Maha Esa
Betapa banyak sembelihan yang mereka persembahkan di pelatarannya
disembelih untuk selain Allah secara terang-terangan disengaja
betapa banyak orang yang thawaf di sekitar kubur sambil mencium
dan mengusap pojok-pojoknya dengan tangan”
(Diwan Ash-Shan’ani, hal 128-129)

Di antara ulama yang memuji beliau juga Al-‘Allamah Muhammad bin ‘Ali Asy-Syaukani tokoh hakim di wilayah Yaman sebagaimana dalam kitabnya Al-Badru Ath-Thali’ tentang biografi Ghalib bin Musa’id sang amir Mekkah. Beliau berkata dalam komentarnya terhadap sebagian risalah Asy-Syaikh,
“Itu merupakan risalah-risalah yang bagus yang memuat dalil-dalil Al-Kitab dan As-Sunnah menunjukkan bahwa yang menjawabnya merupakan ulama peneliti yang benar-benar paham terhadap Al-Kitab dan As-Sunnah.”
Kemudian beliau melantunkan sajak-sajak kesedihan setelah wafatnya syaikh.

Al-‘Allamah Ibnu Badran berkata tentang beliau dalam kitabnya Al-Madkhal
“Seorang alim yang komitmen terhadap atsar dan imam yang besar, Muhammad bin Abdul Wahhab. Beliau melakukan rihlah untuk menuntut ilmu dan para ahli hadits di masanya memberikan ijazah kepada beliau untuk meriwayatkan kitab-kitab hadits dan yang lainnya. Ketika kantong penyimpanannya telah penuh dari atsar dan ilmu sunnah, serta menguasai mazhab Ahmad, beliau mulai membela al-haq dan memerangi bid’ah, serta menentang ajaran yang disusupkan oleh orang-orang bodoh ke dalam agama ini.”

Adapun ulama masa kini yang memberikan sanjungan kepada beliau di antaranya Asy-Syaikh Ibnu Baaz, Asy-Syaikh Al-Albani, Asy-Syaikh Ibnu ‘Utsaimin dan guru kami Al-Wadi’i rahimahumullah.
Dan di sini aku senang menyebutkan sebagian pujian guruku Al-Imam Al-Wadi’i terhadap Asy-Syaikh Al-Imam Syaikhul Islam Muhammad bin Abdul Wahhab rahimahullah. Asy-Syaikh Muqbil bin Hadi Al-Wadi’i rahimahullah ditanya -sebagaimana dalam Al-Mushara’ah hal. 400- tentang dakwah Asy-Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab, maka beliau berkata,
“Adapun dakwah Asy-Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab, sungguh merupakan dakwah yang diberkahi. Dan jika engkau membaca kitab beliau Kitab At-Tauhid, maka engkau akan dapati beliau berdalil dengan Al-Qur’an dan hadits nabi. Sama saja apakah dalam bab menggantungkan jimat-jimat dan rajah-rajah, bab berdoa kepada selain Allah, ataupun dalam bab peringatan keras dari membangun kubur. Engkau dapati beliau berdalil dengan ayat Al-Qur’an atau hadits nabi, sungguh Allah telah memberikan manfaat kepada Islam dan muslimin dengan sebab dakwah beliau…”.
Sampai beliau berkata,
“Maksudnya bahwa dakwah Asy-Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab dirasakan manfaatnya oleh kaum muslimin. Betapa banyak kaum muslimin yang Allah selamatkan dari kesesatan, bid’ah dan khurafat dengan sebab kitab-kitab beliau rahimahullah”.
Beliau berkata,
“Siapa yang ingin mengetahui dakwah Asy-Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab maka aku nasehatkan untuk membaca Ad-Durar As-Saniyah sehingga seakan ia duduk mendampingi Asy-Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab. Kami nasihatkan sebelumnya untuk membaca kitab-kitab beliau dan setelah itu kami nasihatkan agar membaca Ad-Durar As-Saniyyah agar engkau ketahui risalah-risalah Asy-Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab. Sungguh beliau adalah seorang yang melakukan perbaikan, tetapi banyak difitnah.”
Beliau berkata,
“Muhammad bin Abdul Wahhab rahimahullah adalah imam yang memberi petunjuk”.
Beliau ditanya tentang penyebutan kata Syaikhul Islam bagi Asy-Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab apakah itu berlebihan atau memang berhak beliau menyandangnya? Maka beliau menjawab,
“Nampaknya beliau memang berhak menyandangnya. Sungguh Allah telah memberikan manfaat kebaikan yang banyak dengan sebab dakwahnya. Allah berkahi dakwahnya dan kaum muslimin mengambil manfaat darinya. Wallahul musta’an (Dan Allah-lah Tempat Meminta Pertolongan –ed.)”

5. Gagasan dan Pemikiran Da’wah
Diantara gagasan dan pemikiran da'wah Muhammad bin Abdul Wahab adalah :
  1. Mengembalikan Islam kepada Al-Quran dan Sunnah Rasulullah saw.
  2. Berpegang teguh kepada manhâj ahl al-Sunnah dalam mengambil dalil dan membangun kerangka berfikir.
  3. Membersihkan faham tauhid untuk kembali kepada pemahaman yang benar.
  4. Berorientasi pada pemahaman tauhid ‘ubudiyah
  5. Menghidupkan kewajiban jihad.
  6. Menghentikan perbuatan bid'ah dan khurafat yang disebabkan oleh kebodohan.
  7. Metode Da’wah Muhammad bin Abdul Wahab

a. Da'wah bî al-Lisân
Salah satu metode da'wah Muhammad Bin Abdul Wahab adalah dengan menyampaikan da'wahnya secara lemah lembut, walaupun pada hakikatnya tidak ada kompromi terhadap kemusyrikan. Contohnya ketika Muhammad bin Abdul Wahab diancam akan dibunuh atau diusir penguasa, yakni Utsman ibn Ma'mar yang mendapat tekanan dari ‘amir Badawi yang mengirim surat ancaman kepadanya dan memerintahkannya agar menghabisi nyawa Muhamamab bin Abdul Wahab. ‘Amir Utsman khawatir seandainya ia tidak menuruti kemauannya, ‘amir Badawi itu akan mogok membayar upeti dan bahkan memeranginya. Maka ia berkata kepada Muhammad bin Abdul Wahab, "’Amir Badawi telah menyurati kami dan menghendaki begini dan begitu, sedangkan kami tidaklah mungkin untuk membunuh anda, namun kami pun takut kepada ‘amir Badawi dan kami tidak mampu untuk menghadapi serangannya. Karenanya, jika Anda memandang baik untuk keluar dari lingkungan kami, lakukanlah!". Maka Muhammad bin Abdul Wahab menjelaskan dengan lidahnya yang fasih , “Bahwasannya yang aku da'wahkan ini adalah agama Alah SWT dan penerapan secara sebenarnya dalil kalimat lâ ilâha illallâh. Dari kesaksian Muhammad adalah utusan Allah maka barang siapa berpegang teguh kepada agama Islam ini dan membelanya dengan segala kesungguhan, niscaya akan ditolong dan dikukuhkan Allah SWT sehingga dapat menaklukkan negeri-negeri musuhnya. Jika Tuan sabar, tegak pada yang haq dan menerima karunia da'wah tauhid ini, maka nantikanlah berita gembira. Allah SWT akan menolong dan membela tuan serta akan melindungi tuan dari ‘amir Badawi itu dan yang lain, dan Allah SWT pun akan memberikan kekuatan tuan untuk dapat menundukkan negeri dan kabilahnya."

b. Da'wah bî al-Kitâb
Muhammad bin Abdul Wahab memusatkan perhatian untuk menekuni kitab-kitab yang bermafaat dan dikajinya. Sebelumnya Muhammad bin Abdul Wahab memusatkan perhatiannya untuk menekuni Kitabullah. Ia memiliki buah kajian yang sangat berharga dalam menafsirkan al-Qur'an dan menggali hukum atau nilai darinya. Ia juga memusatkan perhatiannya untuk menekuni sirah rasul dan para sahabat. Ia menekuni itu semua dengan seksama hingga mendapatkan semacam dorongan kekuatan yang dengannya dia merasa diberi Allah SWT kekukuhan batin pada kebenaran. Muhammad bin Abdul Wahab aktif dalam menulis, ia menjadikannya sebagai sarana da'wah dalam hidupnya. Diantara karyanya yang sangat praktis adalah kitab al-Tawhid al-ladzî huwa Haqqullâh 'ala al-‘Abid dan Kasyfu al-Syubahât. Kitab ini bila dibanding dengan kitab-kitab ilmu kalam pada umumnya, baik yang disusun oleh golongan Mu'tazilah maupun yang dari golongan Asy'ariyyah Maturidiyah, maka jelas sekali perbedaaanya. Kitab-kitab lain yang merupakan hasil karyanya antara lain Ushl al-Tsalâtsah wâ Dillâtuh (penjelasan tentang Allah, agama, Islam, dan Rasulullah), Syurût Sholâh wa arkânuh (syarat dan rukun shalat), al-Qowâ'id al-‘Arba’ (empat kaidah dalam Islam), Ushl al-Iman, Kitâb al-Kabâir, Kitâb Fadhâil al-Islam, Nashîhah al-Muslimîn, Sittah mawadhi in al-shirâh, Tafsîr al-Fâtihah, Masâil al-Jahîliyyah, Tafsîr al-Shahâdah,Tafsîr li Ba'dhi Suwar al-Qur'ân, Kitâb al-shirah, al-Hadyu al-nabawî

c. Da'wah bî al-Murâsalah
Da'wah bi al-Murâsalah atau yang lazim disebut dengan surat menyurat merupakan salah satu metode yang dipraktekkan oleh Muhamad bin Abdul Wahab dalam menebarkan da'wahnya. Ia menyisihkan waktunya untuk menulis surat-surat da'wah yang disampaikan kepada para penguasa dan ulama. Da'wah bi al-Murâsalah merupakan metode da'wah yang pernah dipraktekkan oleh Rasulullah SAW. Beliau pernah mengirim surat kepada raja Najasyi, raja mesir, raja persi, Rum, Amman dan lainnya.

d. Da'wah dengan Tangan
Besar kemungkinan istilah da'wah melalui tangan ini diambil dari istilah tangan sebagaiman disebutkan dalam hadits Nabi, "Barang siapa diantara kalian melihat suatu kemungkaran, maka hendaklah dia mencegah dengan tangannya, jika dia tidak sangup demikian, maka dengan lisannya, dan jika tidak sanggup demikian maka dengan hatinya, dan yang ini adalah selemah-lemah iman". (H.R. Muslim) Hadits di atas kiranya menjadi petunjuk dan pendorong bagi Muhammad bin Abdul Wahab untuk menghancurkan tempat-tempat yang dianggapnya berbau syirik. Hal tersebut dapat dibuktikan ketika Muhammad Bin Abdul Wahab melakukan da'wah dengan tindakan nyata untuk menghilangkan ke-jahiliyah-an dengan tangannya sendiri. Dia pernah berkata kepada Utsman bin Ma'mar agar menghancurkan kubah yang di bangun di atas kuburan Zaid. Selain makam Zaid, di sana ada juga makam-makam lain. Salah satunya adalah yang disebut makam Dhihar al-Azûr. Makam ini pun berkubah dan dihancurkan juga. Ada juga tempat-tempat yang dikeramatkan seperti kuburan-kuburan, gua-gua dan pohon-pohon yang disembah, juga disirnakan dan dimusnahkan. Dan masyararakat pun telah diberi peringatan agar menjauhi dari semua itu.

e. Koalisi Dengan Penguasa
Pada awalnya Muhammad bin Abdul Wahab berkoalisi dengan ‘amir 'Usamah bin Ma'mar di Uyainah. Ia berencana untuk membangun Islam dengan sistem ibadahnya yang betul dan kehidupan sosial yang sehat, jauh dari segala angkara murka dan maksiat. Dengan dukungan ‘amir 'Utsman bin Ma'mar, ia memerangi segala bentuk takhâyul, khurafat dan maksiat yang terdapat di sekitarnya.

7. Keistimewaan Da’wah Muhammad bin Abdul Wahab
Da’wah yang dilakukan Muhammad bin Abdul Wahab mempunyai banyak kesitimewaan, diantaranya adalah :
  1. Perilaku yang Jernih, Sesungguhnya perilaku Muhammad bin Abdul Wahab telah tercermin di dalam pribadi, ilmu, sikap agama, akhlak, dan pergaulannya terhadap orang-orang yang mendukung maupun yang menentangnya.
  2. Sumber Yang Bersih Sumber ilmu, adab, dan akhlak yang diterima oleh Muhammad bin Abdul Wahab adalah sumber-sumber yang syar'i, fitrâh, kuat, dan murni. Hal ini merupakan cerminan dari al-Qur'an, sunnah Nabi, dan jejak peninggalan para salaf al-shâlih yang lepas dari falsafah dan tasawuf, kesenangan nafsu, dan kerancuan-kerancuan dalam lingkungan keluarga.
  3. Manhâj Yang Baik Dalam menjabarkan ketetapan agama kepada para pengikut dan orang-orang menentangnya adalah manhaj Syar'i yang salaf, murni, bersih dari kotoran-kotoran, asli, kokoh, terang, realistis, yang berpedoman pada al-Qur'an dan sunnah, serta patut untuk mendirikan sebuah masyarakat Islami.
  4. Berorientasi pada Manhâj Salaf al-Shâlih Da'wah Islam Muhammad bin Abdul Wahab dalam segala sesuatu menggunakan manhâj salaf al-shâlih. Itulah yang membuat manhâj-nya memiliki ciri khas tersendiri, yakni murni, realiatis, mantap dan meyakinkan. Hasilnya ia sanggup menegakkan syi'ar dan dasar-dasar agama sangat sempurna, yang meliputi masalah tauhid, shalat, jihad, amar ma'ruf nahi mungkar, penegak hukum, keadilan, keamanan, tampilnya keutamaan-keutamaan dan tersembunyinya kerendahan-kerendahan. Agama dan ilmu menjadi sangat marak di setiap negara yang terjangkau oleh seruan da'wahnya yang ada di Kerajaan Arab Saudi.
  5. Penuh Semangat dan Berwawasan Luas. Hal lain yang membuat manhâj Muhammad bin Abdul Wahab menjadi istimewa ialah semangat dan keyakinannya yang sangat tinggi dalam menegakkan kalimat Allah, membela agama, menyebarkan Sunnah Nabi dan mengobati penyakit-penyakit yang diderita oleh ummat berupa berbagai macam bid'ah, kemungkaran, kebodohan, perpecahan, kedzaliman dan keterbelakangan.
  6. Semangat yang tinggi dan wawasan luas dalam hal teori dan praktek yang dimilikinya nampak jelas dari banyak hal. Diantaranya adalah:
  • a. Perhatiannya yang fokus terhadap masalah-masalah yang utama, seperti masalah tauhid dan kewajiban-kewajiban agama, dengan tidak mengenyampingkan masalah-masalah yang lainnya.b. Kesiapannya sejak dini untuk menghadapi berbagai rintangan, ditambah wawasan yang luas dan kemampuan memiliki antipasi yang peka untuk menghadapi segala sesuatu yang akan terjadi.
7. Kemampuan dan Kesuksesan Berkat Muhammad bin Abdul Wahab,
Allah berkenan menolong agama dan memuliakan sunnah Nabi. Ia baru meningal dunia setelah sempat menyaksikan buah da'wahnya yang ia rintis dengan susah payah, yakni dengan berkibarnya bendera sunnah dan berdirinya negeri tauhid pada zaman pemerintahan Imam Abdul Aziz bin Muhamad dan Putranya, Sa'ud. Bendera tersebut terus berkibar melambangkan kejayaan, kemenangan, kewibawaan, kekuasaan, dan kedamaian. Hal itu dilihat sebagai dominasi agama dan tenggelamnya berbagai macam bid'ah. Dan, kebanyakan gerakan-gerakan Islam sekarang ini merupakan kelanjutan yang alami dari gerakan Salafiyah di jazirah Ara

6 . Guru-guru beliau
  • Ayah beliau sendiri Asy-Syaikh Abdul Wahhab bin Sulaiman
  • Asy-Syaikh Abdullah bin Ibrahim bin Saif, yaitu ayah Asy-Syaikh Ibrahim bin Abdullah pengarang kitab Al-‘Adzbu Al-Faidh fi ‘Ilmil Faraidh.
  • Asy-Syaikh Muhammad Hayah bin Ibrahim As-Sindi
  • Asy-Syaikh Muhammad Al-Majmu’i Al-Bashri
  • Asy-Syaikh Musnid Abdullah bin Salim Al-Bashri
  • Asy-Syaikh Abdul Lathif Al-Afaliqi Al-Ahsa’i
7. Murid-murid beliau
  • Al-Imam Abdul Aziz bin Su’ud
  • Al-Amir Su’ud bin Abdul Aziz bin Sulaiman
  • Putra-putra beliau sendiri, Asy-Syaikh Husain, Asy-Syaikh Ali, Asy-Syaikh Abdullah dan Asy-Syaikh Ibrahim.
  • Cucu beliau Asy-Syaikh Abdurrahman bin Hasan, penulis kitab Fathul Majid
  • Asy-Syaikh Muhammad bin Nashir bin Ma’mar
  • Asy-Syaikh Abdullah Al-Hushain
  • Asy-Syaikh Husain bin Ghannam
8. Karya-karya beliau
Beliau mempunyai banyak karya tulis yang dengannya Allah berikan manfaat kepada alam islami, di antaranya:
a. Kitabut Tauhid
b. Ushulul Iman
c. Kasyfusy Syubhat
d. Tsalatsatul Ushul
e. Mufidul Mustafid fi Kufri Tarikit Tauhid
f. Mukhtashar Fathul Bari
g. Mukhtashar Zadul Ma’ad
h. Masa’il Jahiliyyah
i. Fadhailush Shalah
j. Kitabul Istimbath
k. Risalah Ar-Radd ‘ala Ar-Rafidhah, yaitu risalah ini.
l. Majmu’atul Hadits dan sebagian besarnya telah tercetak dalam kumpulan karya-karya Asy-Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab pada tahun 1398 H di Riyadh di bawah pengawasan Jami’ah Al Imam Muhammad bin Su’ud.

8. Wafat beliau
Beliau rahimahullah wafat pada hari Jum’at di akhir bulan Dzulqa’dah tahun 1206 H pada umur 71 tahun setelah melakukan jihad yang panjang, berdakwah menyerukan kebaikan, mengadakan perbaikan, menyebarkan ilmu dan pengajaran. Kemudian beliau dimakamkan di pekuburan Dir’iyyah, semoga rahmat Allah terlimpah atasnya. Banyak dari para penyair yang melantunkan bait-bait kesedihannya.

Pemikiran tentang tasawuf
Abdullah bin Muhammad bin Abdul Wahhab (1115 - 1201 AH) "Ayahku Muhammad bin Abdul Wahhab dan aku tidak menolak atau mengkritik ilmu tasawuf., Tapi sebaliknya kami mendukung itu, karena memurnikan eksternal dan internal dosa-dosa tersembunyi, yang berhubungan dengan hati dan bentuk lahiriah. Meskipun individu eksternal mungkin di jalan yang benar, secara internal ia mungkin berada di jalan yang salah. tasawuf yang diperlukan untuk memperbaikinya Dia'at. "

Kesimpulan
Adalah suatu hal yang tak dapat dipungkiri lagi bahwa sesungguhnya pergerakan kaum Wahabiyah, atau lebih tepat dikenal dengan kaum Muwahhidun yang digerakan di ‘padang pasir Nejd’ pada abad ke-12H/18M, merupakan suatu pergerakan reformis Islam, dimana bobotnya tidak kalah dari pergerakan yang dicetuskan oleh para reformer besar sebelumnya, seperti Umar bin Abdul Aziz, Imam Syafi’i, Imam Hambali, Imam Malik, Imam Tirmidzi, Imam Al-Asy'ari, Imam Al-Ghazali, dan Syaikh Ibnu Taimiyyah. Semenjak layar Islam berkembang, para mujaddid ini telah mampu mengembalikan Islam kepada citranya yang asli (al-Qur'an dan Sunnah), dan telah menempati posisi yang cukup tenar baik dilihat dari sisi perjuangan dan keberhasilan, maupun dari sisi pengaruh serta dampak yang ditimbulkan oleh pergerakan mereka masing-masing. Pengaruh da'wah Muhammad bin Abdul Wahab tidak hanya terbatas di Nejd dan sekitarnya saja. Tetapi cahayanya menjangkau ke seluruh pelosok dunia Islam pada sa'at itu. Diantaranya adalah India, Mesir, Maroko, Iraq, Syam, Sudan dan lain-lain, yang merupakan pelopor gerakan-gerakan Islam di negeri-negeri tersebut dan merupakan sumber yang sebenarnya bagi kebangkitan Islam.

DAFTAR PUSTAKA

Sumber: Ar-Radd ‘alal Rafidhah, tahqiq Abdurrazzaq An-Nahmi)
http://blumewahabi.wordpress.com/firqah-sesat/sufi-atau-tasawuf/hakekat-sufi-atau-tasawuf/

http://www.jurnalstidnatsir.co.cc/2009/06/muhammad-bin-abdul-wahab-dan.html

http://ruqyah-online.disqus.com/kesesatan_tasawuf_sufi/

http://ainuamri.blogsome.com/category/anti-tasawuf-dan-sufi/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar