Rabu, 21 Juli 2010

Imam Al Ghazali 2

Nama lengkapnya adalah Abu Hamid bin Muhammad bin Ahmad Al-Ghazali.

Kadang-kadang di ucapkan Al-Ghozzali (dua) kata ini yang berasal dari kata Ghazzal,yang artinya tukang pintal benang karena pekerjaan ayahnya memintal benang wol sedangkan al ghazali yang kedua, diambil dari ghazalah, nama Kampung kelahiran al- Ghazali. Yang terakhir ini inlah yang banyak dipakai.

Al-Ghazali lahir di Thus bagian dari kota Kurasan, Irak pada 450 H (1056 M). Ayahnya tergolong orang yang hidup sangat sederhana sebagai pemintal benang, tetapi mempunyai semangat keagamaan yang tinggi seperti terlihat pada simpatiknya kepada ulama’ dan mengharapkan anaknya menjadi ulama yang selalu memberi nasehat kepada umat. Itulah sebabnya, ayahnya sebelum wafat menitipkan anaknya, Al-Ghozali dan saudaranya, Ahmad yang ketika itu masih kecil, kepada seorang ahli tasawuf untuk mendapatkan didikan dan bimbingan.2 Diperkirakan Al-Ghozali, hidup dalam suasana kesederhanaan sufi tersebut sampai usia 15 tahun (450-465 H).

Imam Al-Ghazali lebih dikenal sebagai ulama thasawuf dan akidah. Oleh sebab itu sumbangannya terhadap bidang falsafah dan ilmu pengetahuan lain tidak boleh dinafikan. Al Ghazali merupakan seorang ahli Sufi yang bergelar "Hujjatul Islam".

Abu Hamid Ibnu Muhammad Al-Tusi Al-Ghazali adalah tokoh yang dilahirkan di Thus, Parsi pada tahun 450 Hijrah. Sejak kecil lagi, beliau telah menunjukkan keupayaan yang luar biasa menguasai berbagai cabang ilmu pengetahuan. Beliau bukan saja produktif dari segi menghasilkan buku dan karya tetapi merupakan seorang ahli fikir Islam yang terulung.Kecintaannya terhadap ilmu pengetahuan begitu mendalam sehingga mendorongnya menggembara dan merantau dari satu tempat ke tempat yang lain untuk berguru dengan ulama ulama yang hidup pada zamannya. Sewaktu berada di Baghdad, Al-Ghazali telah dilantik sebagai Mahaguru Universitas Baghdad.

Pada tahun 488 H (1095 M) Al-Ghozali dilanda keragu-raguan, skeptis, terhadap ilmu ilmu yang dipelajarinya (hukum, teologi dan filsafat), kegunaan pekerjaanya, dan karya-karya yang dihasilkannya, sehingga ia menderita penyakit selama 2 bulan, dan sulit diobati. Karena itu, Al-Ghozali tidak dapat menjalankan tugasnya sebagai guru besar di madrasah Nizhamiyah. Akhirnya ia meninggalkan Baghdad menuju kota Damaskus.

Kira-kira dua tahun Al-Ghozali tinggal di kota ini, ia melakukan uzlah, riyadhah, dan mujahadah. Kemudian ia pindah ke Bait al-Maqdis, Palestina untuk melaksanakan ibadah serupa, setelah itu tergerak hatinya untuk menunaikan ibadah haji dan menziarahi maqam Rasulullah.

Sepulang dari tanah suci, Al-Ghozali mengunjungi kota kelahirannya, Thus disini pun ia tetap berkhalwat. Keadaan skeptis Al-Ghozali berlangsung selama 10 tahun. Pada periode itulah ia menulis karyanya yang terbesar ihya’ ‘Ulumudin

Karena desakan penguasa saljuk. Al-Ghozali mengajar kembali pada madrasah Nizhamiyah di Naisabur, tetapi hanya berlangsung selama 2 tahun, kemudian ia kembali ke Thus untuk mendirikan madrasah bagi para fuqaha’, dan sebuah Zawiyah atau khanaqah untuk para mutasawwifin. Imam Al -Ghazali yang bergelar Hujjatul Islam meninggal dikota kelahirannya Thus pada hari Senin 14 Jumadil Akhir 505 H (111 M).

Corak Pemikiran Tasawuf Imam al-Ghozali

Di dalam tasawufnya, Imam al-Ghozali memilih tasawuf sunni yang berdasarkan al Qur’an dan Sunnah Nabi, ditambah dengan doktrin Ahlussunnah Wal Jamaah yang kebangkitannya kembali dipelopori oleh al-Imam Abu al-Hasan Ali bin Ismail al-Asy’ari. Dari paham tasawufnya itu, beliau menjauhkan semua kecenderungan genotis yang mempengaruhi para filosuf Islam, sekte Isma'iliyah, aliran Syi’ah, Ikhwan al-Shofa, dan lain-lain. Beliau menjauhkan tasawufnya dari paham ketuhanan Aristoteles, seperti emanasi dan penyatuan. Itulah sebabnya dapat dikatakan bahwa tasawuf al-Ghozali benar-benar bercorak Islam.

Corak tasawufnya lebih ditekankan pada adab dan tatakrama. Beliau berkata:

“Adab adalah pendidikan dhohir dan bathin, oleh karenanya apabila seorang hamba telah berbuat baik secara dhohir dan bathin maka ia telah menjadi sufi yang beradab. Barang siapa selalu berperilaku sesuai dengan Sunah maka Allah SWT akan menerangi hatinya dengan cahaya kema’rifatan karena tidak ada kedudukan yang lebih mulia dari mengikuti Nabi Muhammad yang dicintai Allah dalam perintah, perbuatan, dan ahlaknya, baik dalam niat, ucapan maupun perbuatan.”

Tasawuf Al - Ghazali menghimpun akidah, syariat dan akhlak dalam suatu sistematika yang kuat dan amat berbobot, karena teori - teori tasawufnya lahir dari kajian dan pengalaman pribadi setelah melaksanakan suluk dalam riyadhah dan mujahadah yang intensif dan berkesinambungan, sehingga dapat dikatakan bahwa seumur hidupnya ia bertasawuf.

Dalam pandangannya, Ilmu Tasawuf mengandung 2 bagian penting, pertama menyangkut ilmu mu'amalah dan bagian kedua menyangkut ilmu mukasyafah, hal ini diuraikan dalam karyanya Ihya 'Ulumiddin, Al -Ghazali menyusun menjadi 4 bab utama dan masing- masing dibagi lagi kedalam 10 pasal yaitu :

ü Bab pertama : tentang ibadah (rubu' al - ibadah)

ü Bab kedua : tentang adat istiadat (rubu' al - adat)

ü Bab ketiga : tentang hal -hal yang mencelakakan (rubu' al - muhlikat)

ü Bab keempat : tentang maqamat dan ahwal (rubu' al - munjiyat)

Menurutnya, perjalanan tasawuf itu pada hakekatnya adalah pembersihan diri dan pembeningan hati terus menerus sehingga mampu mencapai musyahadah. Oleh karena itu ia menekankan pentingnya pelatihan jiwa, penempatan moral atau akhlak yang terpuji baik disisi manusia maupun Tuhan.

Karya-Karya Beliau :

Karya Al-Ghaazali telah menghhasilkan karya-karya cemerlang, dan tidak heran Karya Al-Ghozali diperkirakan mencapai 300 karangan, diantaranya adalah:

1. Maqashid al-Falasifah (tujuan-tujuan para filusuf

2. Tahafut al-Falasifah ( kekacauan pikiran para filusuf )

3. Mi’yar al-‘ilm (kriteria ilmu-ilmu)

4. Ihya’ ‘ulumudin (menghidupkan kembali ilmu–ilmu agama) yang merupakan karyanya terbesar yang dikarangnya selama beberapa tahun di damaskus, yerussalem, hijaz, dan thus yang berisi antara fikih, tasawuf, dan filsafat.

5. Al-Munaqidz min al – Dhalal ( Penyelamat dari kesesatan)

6. Al-Ma’rifat al-Aqliyah (pengetehuan yang rasional)

7. Misykat al-Anwar (lampu yang bersinar banyak)

8. Minhaj al-‘Abidin (jalan mengabdikan diri kepada Tuhan)

9. Al-Iqtishad fi al- ‘itiqad (moderasi dalam aqidah)

10. Ayyuha al-Walad

11. Al-Mustahfa

12. Iljam al-‘awwam ‘an ‘ilm-al-Kalam

13. Mizan al-‘Amal

Tidak ada komentar:

Posting Komentar