Rabu, 21 Juli 2010

Jalaluddin Rumi 2

  1. Jalaludin Rumi

Rumi lahir di Balkh, Afghanistan pada 604 H atau 30 September 1207. Mawlana Rumi memiliki nama lengkap Jalaluddin Muhammad bin Muhammad Al-balkhi Al-Quniwi. Beliau di panggil dengan nama Rumi dikarenakan sebagian besar hidupnya dihabiskan di konya (Turki) yang dahulu lebih dikena sebagai daerah Rum (Roma). Saat Rumi baru berusia 5 tahun, Fariduddin Attar sorang ulama dan tokoh sufi meramalkan bahwa si kecil Rumi akan menjadi tokoh spiritual besar dan sejarah kemudian mencatat, ramalan tesebut tidak meleset.

Ayahnya, Baharuddin Walad Muhammad bin Husein adalah seorang ulama besar bermadzab Hanafi. Dan karena kharisma dan tingginya penguasaan ilmu agamanya, beliau mendapat gelar Sulthanul Ulama. Namun hal ini menyebabkan sebagian Ulama lain iri dan mereka pun melancarkan fitnah dan mengadukan Baharuddin ke penguasa sehingga Bahariddin harus meninggalkan Balkh termasuk keluarganya. Rumi bersama keluarganya pada saat itu mulai hidup berpindah-pindah dari satu negara ke negara lain. Mereka pernah tinggal di Sinabur (Iran Timur Laut), Baghdad, Makkah, Malattya (Turki) , Laranda (Iran Tenggara) dan terakhir menetap di Konya, Turki. Sebelum pindah kekota konya, Rumi mmenikah pada usia 18 tahun. Raja Konya Alaluddin Kaiqubad mengangkat ayah Rumi sebagai penasehatnya dan mengangkatnya sebagai pimpinan sebuah perguruan agama yang didirikan di ibukota dan disitu pula .Ayah Rumi wafat ketika Rumi berusia 24 Tahun.

Di samping kepada ayahnya, rumi juga berguru kepada Burhanuddin Muhaqqiq At-Turmudzi, sahabat dan pengganti Ayahnya memimpin perguruan. Rumi juga menimba ilmu di Syam (Suriah) atas saran gurunya, beliau kembali ke Konya pada 634 H dan ikut mengajar di perguruan tersebut. Setelah Burhanuddin wafat, Rumi menggantikannya sebagai guru di Konya. Dengan pengetahuan agamanya yang luas, disamping sebagai guru, beliau juga menjadi da’i dan ahli hukum islam. Ketika itu banyak tokoh ulama yang berkumpul di Konya, tak heran jika Konya kemudian menjadi pusat ilmu dari berbagai penjuru dunia. Saat berusia 37 tahun, Rumi sudah berada di atas semua ulamadi konya. Gelar Maulana Rumi (Guru bangsa Rum) pun dia raih,

Kesufian dan kepenyairan Rumi dimulai ketika beliau sudah berumur cukup tua, 48 tahun. Sebelumnya Rumi adalah seorang ulama yang memimpin sebuah madrasah yang memiliki murid sebanyak 4000 orang. Sebagaimana seorang ulama, beliau juga memberi fatwa dan tumpuan ummatnya untuk bertanya dan mengadu. Kehidupannya berubah 180 derajat ketika beliau berjumpa dengan seorang sufi pengelana, Syamsudin alias Syamsi dari kota tabriz. Suatu saat, seperti biasanya Rumi mengajar di hadapan khalayak dan banyak yang menanyakan sesuatu kepadanya. Tiba-tiba seorang lelaki asing, yakni Syamsi tabriz ikut bertanya, “Apa yang dimaksud dengan riyadhah dan ilmu ?”. Mendengar pertanyaan tersebut Rumi terkesima, kiranya pertanyaan tersebut jitu dan tepat pada sasarannya. Beliau tidak mampu menjawab, akhirnya beliau berkenalan dengan Tabriz. Setelah bergaul beberapa saat, beliau mulai kagum kepada Tabriz yang ternyata seorang sufi. Sultan Salad, putra Rumi mengomentari perilaku ayahnya itu, seorang guru besar tiba-tiba menjadi seorang murid kecil. Namun berkat pergaulanya dengan Tabriz tersebut membuat Rumi menjadi sufi. Kesedihannya berpisah dengan kerinduannya untuk berjumpa lagi dengan gurunya itu telah ikut berperan mengembangkan emosinya, sehingga beliau menjadi penyair yang sulit ditandingi. Guna mengenang dan menyanjung gurunya itu, beliau menjadi penyair yang sulit ditandingi. Guna mengenang dan menyanjung gurunya itu, beliau tulis syair-syair, yang himpunannya kemudian dikenal dengan nama Divan Syams Tabriz dan beliau bukukan juga wejangan-wejangan gurunya yang dikenal dengan nama Maqalat Syams Tabriz.

Rumi kemudian mendapat sahabat dan sumber inspirasi baru, Syaikh Hisamuddin hasan bin Muhammad. Atas dorongan sahabatnya itu, selama 15 tahun terakhir masa hidupnya beliau berhasil menghasilkan himpunan syair yang besar dan mengagumkan yang diberi nama Masnavi. Buku ini terdiri dari enam jilid dan berisi 20.700 bait syair. Dalam karyanya ini terlihat ajaran-ajaran tasawuf yang mendalam, yang disampaikan dalam bentuk apologi, fabel, legenda, anekdot, dan lain-lain. Karya tulisanya yang lain adalah Ruba’iyyah (sajak empat baris dengan jumlah 1600 bait), fiihi Maa Fiihi (dalam bentuk prosa, merupakan himpunan ceramahnya tentang metafisika), dan Maktubat (himpunan surat-suratny kepada sahabat atau pengikutnya). Bersama Syaikh Hisamuddin pula, Rumi mengembangkan Thariqat Maulawiyah atau Jalaliyah. Thariqat ini di barat dikenal dengan nama the Whirling Dervishes (Para Darwisy yang berputar-putar). Nama itu muncul karena para penganut Thariqat ini melakukan tarian berputar-putar, yang diiringi oleh gendang dan suling dalam dzikir mereka untuk mencapai ekstase.

  1. Ajaran Jalaludin Rumi

Rumi bukan sekedar penyair, tetapi juga seorang tokoh sufi yang berpengaruh dizamannya. Rumi adalah guru nomor satu Thariqat Maulawiyah, sebuah thariqat yang berpusat di Turki dan berkembang di derah sekitarnya. Thariqat Maulawiyah pernah berpengaruh besar dalam lingkungan istana Turki Utsmani dan kalangan seniman sekitar tahun 1648.

Sebagai tokoh sufi, Rumi sangat menentang pendewaan akal dan indra dalam menentukan kebenaran. Dizamannya, umat Islam memang sedang dilanda penyakit itu. Bagi mereka kebenaran baru diangggap benar bila mampu digapai oleh indra dan akal. Segala sesuatu yang tidak dapat diraba oleh indra dan akal, dengan cepat mereka ingkari dan tidak diakui. Padahal menurut Rumi, justru pemikiran semacam itulah yang dapat melemahkan iman kepada sesuatu yang ghoib. Dan karena pengaruh pemikiran tersebut, kepercayaan kepada segala hakekat yang tidak kasat mata, yang diajarkan berbagai syariat dan beragam agama samawi, bisa menjadi goyah. Rumi mengatakan,”Orientasi kepada indra dalam menetapkan segala hakekat keagamaan adalah gagasan yang dipelopori kelompok Mu’tazilah. Mereka merupakan para budak yang tunduk patuh kepada panca indra. Mereka menyangka dirinya termasuk Ahlussunnah. Padahal, sesungguhnya Ahluussunnah sama sekali tidak terikat kepada indra-inda, dan tidak mau pula memanjakannya”. Bagi Rumi, tidak layak meniadakan sesuatu hanya karena tidak pernah melihatnya dengan mata kepala atau belum pernah melihatnya dengan mata kepala atau belum pernah meraba dengan indra. Sesungguhnya, batin akan selalu tersembunyi dibalik yang lahirr, seperti faedah penyembuhan yang terkandung dalam obat. “Padahal, yang lahir itu senantiasa menunjukkan adanya sesuatu yang tersimpan, yang tersembunyi dibalik dirinya. Bukankah Anda mengenal obat yang bermanfaat ?Bukankah kegunaannya tersembunyi di dalamnya ?”tegas Rumi.

  1. Syair Jalaludin Rumi

Rumi adalah salah satu sufi yang terkenal namanya sampai saat ini, syair-syairnya sangat indah dan sampai pada tujuannya. Beliau adalah orang yang tidak mempunyai ketiadaan, berikut adalah beberapa contoh syairnya :

Kearifan Cinta

CINTA yang dibangkitkan

Oleh khayalan yang salah

Dan tidak pada tempatnya

Bisa saja menghantarkannya

Pada keeadaan ekstasi.

Namun kenikmatan itu,

Jelas tidak seperti bercinta dengan kekasih sebenarnya

Kekasih yang sedar akan hadirnya seseorang

Nafsu

Nafsi itu ibu segala berhala

Berhala keberadaan ular sawa

Berhala keruhanian naga

Iitu ibarat perumpamaan

Mudah sekali memecah berhala

Kalau diketuk hancurlah ia

Walau batu walaupun bata

Walau ular walaupun naga

Tapi bukan mudah mengalahkan nafsu

Jika hendak tahu bentuk nafsu

Bacalah neraka dengan tujuh pintu

Dari nafsu keluar ma’siat setiap waktu

Mencintai ini

Sebagaimana kenikmatan lelaki

Yang memeluk tugu batu

Didalam kegelapan sambil menangis dan meratap

Meskipun dia merasa nikmat

Karena berfikir bahwa yang dipeluk adalah kekasihnya, tapi

Jelas tidak senikmat

Orang yang memeluk keksih yang sebennarnya

Kekasih yang hidup dan sadar.

Cinta

Dia adalah, orang yang tidak mempunyai ketiadaan,

Saya mencintainya dan saya mengaguminya, Saya memilik

Jalnya dna Saya memaingkan muka ke jalannya. Setiap

Orang mempunyai kekasih,dialah kekasih saya, kekasih

Yang abadi. Dia adalah orang yang Saya cintai, dia

Begitu indah, oh dia adalah yang paling sempurna.

Orang-orang yang mencintainya adalah para pecinta yang

Tidak pernah sekarat. Dia adalah dia dan dia dan

Mereka adalah dia. Ini adalah sebuah rahasia, jika

Kalian mempunyai cinta, kalian akan memahaminya.

Mujahadah dan Makrifat

Makrifat itu pengenalan jiwa

Mengenal jiwa dan mengenal Tuhanya

Mengenal dengan sejelas jelasnya

Tidak kabur tapi jelas nyata

Mujahadah itu perjuangan dan usaha

Makrifat itu menuai hasilnya

Mujahadah itu dalam perjalanan

Makrifat itu matlamat tujuan

Makrifat itu pembuka rahasia

Makrifat itu sendiri rasa

Mujahadah itu memecah ruyungnya.

Kumpulan puisi Rumi yang terkenal bernama Al-Matsnawi Al-Maknawi, konon adalah sebuah revolusi terhadap Ilmu Kalam yang kehilangan semangat dan kekuatannya. Isinya juga mengkritik langkah dan arahan filsafat yang cenderung melampaui batas, mengebiri perasaan dan mengkultuskan rasio. Puisi Rumi memiliki ciri khas tersendiri dibandingkan dengan para sufi penyair lainya. Melalui puisi-puisinya Rumi menyampaikan bahwa pemahaman atas dunia hanya mungkin didapat lewat cinta, bukan semata-mata lewat kerja fisik. Dalam puisinya Rumi juga menyampaikan bahwa Tuhan, sebagai satu-satunya tujuan, tidak ada yang menyamai. Ciri khas lain yang membedakan puisi Rumi dengan karya sufi penyair lain adalah seringnya ia memulai puisinya dengan menggunakan kisah-kisah. Tapi hal ini bukan dimaksudkan ia ingin menulis puisi naratif. Kisah-kisah ini digunakan sebagai alat pernyataan pikiran dan ide.

  1. Wafatnya Jalaludin Rumi

Semua manusia tentu akan kembali kepada-Nya, demikianlah yang terjadi pada Rumi. Penduduk Konya tiba-tiba dilanda kecemasan, karena mendengar kabar bahwa tokoh panutan mereka, tengah menderita sakit keras. Meskipun demikian, pikiran Rumi masih menampakkan kejernihannya. Seorang sahabatnya datang dan mendo’akan, “Semoga Allah berkenan memberi ketenangan kepadamu dengan kesembuhan”. Rumi sempat menyahut, “Jika engkau beriman dan bersikap manis, kematian itu akan bermakna baik. Tapi kematian ada juag yang kafir dan pahit”. Pada tanggal 5 Jumadil Akhir 672 H atau 17 Desember 1273 dalam usia 68 tahun Rumi dipanggil ke Rahmatullah. Tatkala jenazahnya hendak diberangkatkan, penduduk setempat berdesak-desakan ingin mengantarkan kepulangannya. Malam wafatnya beliau di kenal sebagai Sebul Arus (Malam penyatuan). Sampai sekarang para pengikut Thariqah Maulawiyah masih memperingati tanggal itu sebagai hari wafatnya beliau. Beliau dimakamkan di Musium besar yang dibangun melingkupi kuburan ayahnya di Konya. Rakyat dari segala golongan dan lapisan mengantarkann jenazzahnya, menagis, dan meratap. Orang-orang kristen membaca inji dan orang yahudi melantunkan Torat mereka. Raja Saljuk yang juga mengantarkan jenazah Rumi bertanya kepada mereka tentang hubungannya dengan Rumi, mereka menjawab: “jika yang meninggal ini sekiranya sama dengan nabi Muhammad SAW bagi anda, maka dia bagi kami seumpama Kristus dan Musa”. Nyatalah bahwa Jalaludin Rumi tak hanya dikenal sebagai seorang Sholeh atau seorang penyair yang pandai atau ulama yang bijak namun ia adalah seorang sufi yang besar.


BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Jalaludin Rumi adalh seorang penyair sufi terbesar dari Persia yang hidup pada abad ke 12 masehi di balkh (Afghanistan). Dilahirkan dari keluarga yang memiliki darah kerajaan Khwarazm yaitu dari Ibunya dan Ayahnya masih keturunan Abu Bakar. Beliau adalah pendiri Thariqat Maulawiyah atau Jalaliyah yang lebih dikenal oleh dunia barat dengan nama The Whirling Dervishes (para Darwisy yang berputar-putar). Dikarenakan penganut Thariqat ini melakukan tarian berputar-putar yang di iringi oleh gendang dan suling dalam dzikir mereka untuk mencapai ekstase, yang tarian ini disebut “SAMA”. Ada sebuah rahasi tersembunyi dalam musik dan SAMA, dimana musik merupakan gerbang menuju keabadian dan SAMA adalah seperti elektron yang mengelilingi intinya bertawaf menuju sang Maha Pencipta. Semasa Rumi masih hidup tarian SAMA sering dilakukan secara spontan disertai jamuan makanan dan minuman, mereka biasa melakukan tarian tersebut sehabis sholat Isya’ di jalan-jalan kota Konya. Tarian SAMA ini merupakan tiruan dari keteraturan alam raya yang diungkap melalui perputarann planet-planet. Para penari mengenakan pakaian putih sebagai simbol kain kafan, dan jubah hitam besar sebagai simbol alamkubur dan topi panjang merah atau abu-abu yang menandakan batu nisan. Proses ini diakhiri dengan musik penutup dan pembacaan ayat suci Al-Qur’an.


DAFTAR PUSTAKA

http://id.shvoong.com/humanities/history/1934675-maulana-jalaluddin-rumi-menari-di/

http://id.wikipedia.org/wiki/Jalaluddin_Rumi

http://ifud17.wordpress.com/syair-rumi/

http://misikcobra.wen.ru/sufi/jalaluddin.html

http://penyair.wordpress.com/2007/03/29/biografi-jalaludin-rumi/

http://www.khamush.com/melayu/

http://www.2lisan.com/agama/ajaran-cinta-sejati-jalaluddin-ar-rumi/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar